LABUAN BAJO TERKINI – Belum lama ini pengelola Pusat Kuliner Seafood Kampung Ujung Labuan Bajo, Manggarai Barat NTT di bikin heboh. Sebanyak 20 orang bos travel agen ASTINDO yang datang dari sejumlah daerah di Indonesia jadi korban praktik getok harga hingga belasan juta rupiah.
Para bos travel agen itu datang ke Labuan Bajo untuk menghadiri acara Musyawarah Nasional ke-6 Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASTINDO). Mereka berjumlah lebih dari 20 orang.
“Malam itu mereka di getok harga sebesar 16 juta rupiah termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen. Lalu karena di protes karena harga yang tidak masuk akal, si pemilik lapak turunkan harga menjadi 11 juta rupiah dan mereka pun membayar”, ungkap Ketua Umum DPP ASTINDO Pauline Suharno di hadapan sejumlah wartawan di Golo Mori, Selasa (28/10/2025), lalu
Di jelaskan Pauline, bahwa kejadian itu terjadi sehari sebelum acara pembukaan Munas ASTINDO yakni Senin 26 Oktober 2025, malam hari.
“Ini aneh dan saya pun pertanyakan apakah benar PPN nya di setor ke pemerintah setempat?”, tanya ia.
Beruntung, para bos travel agen dari sejumlah daerah di Indonesia itu tidak membawa tamu mereka malam itu. “Namun, jika tamu mereka juga dikenakan harga tinggi, kita akan dianggap mengambil komisi dari situ. Ini juga akan berdampak negatif pada agen perjalanan lokal jika masalah ini tidak ditangani segera,” tambahnya.
Management Sumber Daya Restoran dan Isue Lingkungan
Ketua Umum DPP ASTINDO kemudian mengungkapkan perhatiannya terhadap manajemen sumber daya manusia dan restoran di Labuan Bajo.
Ia menekankan bahwa meskipun destinasi dan atraksi sangatlah menarik, tentu perlu ada perbaikan pada SDM untuk memastikan keberlanjutan pariwisata, terutama mengingat masalah lingkungan yang menjadi perhatian dunia, termasuk sampah.
Labuan Bajo saat ini masih belum memiliki fasilitas pengelolaan sampah, sementara Lombok mengalami kontroversi terkait tambang emas yang dianggap berdampak buruk di mata masyarakat Eropa.
“Masyarakat Eropa akan sangat memperhatikan isu ini. Jika tidak ditangani, mereka mungkin memilih untuk tidak berkunjung ke destinasi kita,” jelasnya.
Pauline juga mengingatkan agar Labuan Bajo harus buru buru berbenah agar masyarakat internasional tidak menyoroti ini sebagai isue yang bisa mengurungkan niat mereka untuk datang.
“Management sumber daya manusia dan restoran juga perlu di perhatikan di Labuan Bajo ini. Contoh soal getok harga ini juga harusnya tidak boleh terjadi lagi. Para pemilik lapak di kampung ujung itu justru harus perlakuan harga yang sama terhadap setiap pengunjung lokal”, katanya
Ia pun meminta Pemerintah Daerah (Pemda) untuk terus berkonsentrasi mempromosikan Labuan Bajo menjadi lebih menarik termasuk dengan memberikan banyak pelatihan kepada para pelaku kuliner dan pelaku pariwisata lainnya di Labuan Bajo.
Sementara itu Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi dalam pidatonya menyampaikan apresiasi dan bangga dengan ditunjuknya Labuan Bajo sebagai tempat berlangsungnya Munas ke VI ASTINDO.
“Tentu ini sebuah berkat dan anugerah sekaligus ini menjadi titik start dan menjadikan ini sebagai kunjungan yang pertama bagi seluruh peserta”, katanya.
Pariwisata Labuan Bajo adalah pariwisata masa depan dan milik kita bersama oleh karena itu Bupati Manggarai Barat dua periode itu meminta untuk dapat secara bersama mengisi kekurangan yang ada agar menjadi lebih baik kedepannya.
“Kami sadar bahwa jajaran pemerintah dan stakeholder di Labuan Bajo ini tidak lagi bisa tampil sebagai super man. Yang bisa di lakukan saat ini hanyalah dengan kerja kolaborasi. Karena itu saya mengajak teman teman ASTINDO untuk bergandeng tangan, bersinergi dan berkolaborasi untuk membangun dunia pariwisata yang di minati oleh siapapun”, ujar Bupati Edistasius.

 
													







 
									 
									 
									 
									 
									 
									
Tinggalkan Balasan