LABUAN BAJO — Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Dwi Marhen Yono, memberikan masukan dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) tentang Matriks Penilaian dan Studi Kelayakan Penelitian Terapan Hibah dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (KEMDIKTISAINTEK).
Kegiatan ini dilakukan oleh tim dosen Universitas Djuanda Bogor, Kamis (6/11/2025) siang. FGD diadakan di Kantor Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat, dengan topik penelitian “Model Pariwisata Internasional Inklusif Berbasis Indeks untuk Pembangunan Pariwisata Inklusif dan Berkelanjutan di Labuan Bajo.”
Kegiatan ini dihadiri oleh beberapa pihak seperti Badan Riset dan Inovasi Daerah Manggarai Barat, Politeknik eLBajo Commodus, Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Mabar, Dive Operators Collaboration Komodo (DOCK), serta Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA).
Ketua tim peneliti, Dr. Agustina Multi Purnomo, dosen Program Studi Sains Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Djuanda Bogor, menjelaskan bahwa penelitian ini bertujuan mengembangkan indeks pariwisata inklusif internasional yang bisa mengukur seberapa besar destinasi wisata memberikan manfaat bagi masyarakat lokal.
“Dengan penelitian ini, kami berharap bisa meningkatkan manfaat pariwisata bagi masyarakat sekitar, sehingga Labuan Bajo tidak hanya menjadi destinasi wisata yang hebat di tingkat global, tetapi juga adil dan berkelanjutan,” kata Agustina.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat, Chrispin Mesima, menyampaikan apresiasi terhadap pelaksanaan FGD dan inisiatif penelitian yang diinisiasi oleh tim akademisi Universitas Djuanda Bogor.
Ia menilai bahwa kerja sama antara dunia akademik dan pemangku kepentingan daerah merupakan langkah penting untuk memperkuat arah pembangunan pariwisata yang inklusif dan didasarkan pada data.
Penelitian ini memiliki peranan penting dalam mengevaluasi tingkat inklusivitas destinasi Labuan Bajo dan memastikan bahwa prinsip inklusivitas diterapkan dengan baik. Kami mengapresiasi pemilihan Labuan Bajo sebagai lokasi penelitian,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Plt. Direktur Utama BPOLBF, Dwi Marhen Yono, menekankan pentingnya data, riset, dan indikator pariwisata yang akurat sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Ia menyatakan bahwa setiap strategi pengembangan destinasi harus berlandaskan pada hasil pengukuran dan analisis yang menyeluruh agar dampak positif pariwisata dapat dirasakan oleh masyarakat.
“Ada tiga indikator penting dalam pengelolaan pariwisata, yaitu jumlah pengunjung, lama tinggal, dan pengeluaran wisatawan. Ketiga indikator ini menjadi acuan untuk menilai pertumbuhan ekonomi daerah dari sektor pariwisata. Dengan memperkuat pengelolaan data dan riset, pemerintah dan pelaku industri dapat memahami pola kunjungan wisatawan, menyesuaikan strategi promosi, serta menciptakan produk dan layanan yang lebih relevan dengan kebutuhan pasar,” jelas Marhen.
FGD ini juga berfungsi sebagai platform untuk berbagi data, informasi, dan pengalaman antar pemangku kepentingan pariwisata di Labuan Bajo, guna memperkuat arah penelitian dan memastikan hasil kajian dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan yang aplikatif dan berdampak bagi masyarakat.










Tinggalkan Balasan