LABUAN BAJO TERKINI – Camat Komodo Martinus Maryanto Irwandi atau kerab di sapa Iwan Weu melarang pasien dengan gejala kanker payudara untuk berobat kepada dukun. Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara Pink Ribbon Roadshow yang diadakan oleh Sudamala Resort, Yayasan Sudamala Bumi Insani (YSBI), Bali Ribbon Foundation, dan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat di Aula Kantor Camat Komodo, Labuan Bajo, pada hari Jumat (24/10/2025).

Acara tersebut berlangsung di Aula rapat Kantor Kecamatan Komodo Labuan Bajo, dihadiri oleh sekitar 60 perempuan dari berbagai latar belakang untuk melakukan deteksi dini kanker payudara.

“Kanker ini bukan orang buat, Setop sudah ke dukun-dukun itu tidak ada pake tiup tiup itu, Ini penyakit medis, bukan penyakit orang buat. Dia harus di tangani secara profesional oleh tenaga medis”, ujarnya.

Menurut Camat Irwandi penyakit kanker payudara itu seharusnya bukan hal yang sakral atau tabu sehingga ada banyak kaum wanita di wilayahnya yang enggan melaporkan diri secara jujur kepada petugas kesehatan untuk segera di tangani.

“Itu yang salah, padahal penyakit ini sebenernya penyakit yang perlu terdeteksi sejak dini, harus di ceritakan bahwa saya ada benjolan di area payudara sehingga segera dilakukan tindakan medis, karena pembunuhan terbesar saat ini adalah kanker payudara. Di seminar tadi faktor turunan, makanan menjadi penyebab utama karena jelang Indonesia emas saat ini setiap warga pun harus tau tentang kesehatan dan gizi makanan,”,ujar Camat Komodo itu

Ia pun berjanji akan mengirim surat kepada management Yayasan Sudamala Bumi Insani untuk sekali lagi melakukan kegiatan yang sama di halaman Kantor Camat Komodo.

“Kalau jadi nanti saya siapkan fasilitas dan pihak Sudamala siapkan dokter”, katanya.

Sementara itu, Nensi Luna, salah satu pengurus di Yayasan Bali Ribbon Foundation, mengungkapkan bahwa kanker payudara adalah bentuk kanker yang paling umum diidap oleh perempuan di Indonesia.

Saat ini,Kementerian Kesehatan mencatat partisipasi perempuan Indonesia dalam skrining kanker payudara tergolong sangat rendah.

Deteksi dini kanker payudara, lanjut Nensi, dapat dilakukan dengan cara SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dan pemeriksaan oleh tenaga medis yang terlatih.

Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa kegiatan skrining harus dilakukan seawal mungkin sebelum kanker payudara terdiagnosis pada tahapan yang lebih berbahaya.