LABUAN BAJO TERKINI – Pembangunan di sektor pariwisata di Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur tak hanya memberikan dampak ekonomi, tetapi juga berperan penting dalam pelestarian budaya lokal. Demikian disampaikan Kepala Dinas Pariwisata Aloisius Jebarut, di Ruteng, Rabu 18 Juni 2025.
Menurut dia ada sejumlah dampak positif dari pembangunan pariwisata terhadap budaya lokal.
“Tentang pelestarian budaya. Pemerintah melalui Dinas Pariwisata mendorong masyarakat untuk terus menjaga dan melestarikan tradisi, kesenian, upacara adat, serta situs budaya yang ada di Manggarai”, kata Aloisius.
Hal tersebut merupakan sesuatu yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan. “Kalau tidak ada warisan sejarah, lalu apa yang membuat orang mau datang ke sini?”, tuturnya.
Lebih lanjut kata dia pariwisata turut meningkatkan kesadaran budaya, terutama di kalangan generasi muda.
“Anak-anak zaman sekarang banyak yang mulai lupa tradisi budaya sendiri. Tetapi walaupun begitu ketika wisatawan datang dan kagum melihat budaya kita, mereka anak muda) diharapkan akan jadi lebih sadar dan bangga akan identitas budaya kita”, bebernya.
Aloisius juga melanjutkan bahwa sektor pariwisata di Kabupaten Manggarai telah menciptakan sumber ekonomi baru bagi masyarakat lokal.
“Selain dari penjualan tiket masuk ke destinasi wisata, warga yang kreatif bisa menjual suvenir, makanan khas atau jasa lainnya. Kami selalu mengimbau masyarakat lokal untuk berkreasi, jangan hanya jadi penonton saat wisatawan datang, manfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan usaha”, katanya
Pariwisata juga menjadi sarana promosi budaya ke dunia internasional
Ia menjelaskan lewat kunjungan wisatawan, budaya Manggarai bisa dikenal lebih luas, bahkan sampai keluar negri. “Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita, ujarnya.
Namun demikian, ia juga mengingatkan adanya beberapa dampak negatif yang harus diwaspadai.
Salah satunya adalah komersialisasi budaya, dimana budaya dipertontonkan semata demi keuntungan finansial. “Budaya bisa kehilangan makna spiritualnya jika hanya dijadikan tontonan demi uang*, ungkap Kadis Parekrafbud Manggarai itu
Selain itu, pergeseran nilai dan gaya hidup juga menjadi tantangan. Masyarakat berpotensi meniru gaya hidup wisatawan yang tidak sejalan dengan nilai lokal.
Dampak lain menurut dia adalah eksploitasi budaya, seperti wisatawan yang sembarangan memotret situs situs bersejarah. “Itulah pentingnya peran pemandu. Mereka harus mengarahkan wisatawan agar tahu mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan”, ujarnya
Aloysius menegaskan bahwa pembangunan pariwisata dapat menjadi kekuatan besar untuk pelestarian budaya lokal, asalkan dikelola secara bijak dan inklusif.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat lokal dan pelaku wisata. “Harus ada kebijakan budaya yang jelas, keterlibatan masyarakat, dan perlindungan terhadap nilai-nilai budaya dalam setiap kegiatan pariwisata”, pungkasnya.
Oleh: Marian Bonafaustina Salut, Yuliana Evata Jelita dan Agustino Govinda Putrawan – Mahasiswa Prodi Bahasa Inggris Unika St Paulus Ruteng Manggarai NTT










Tinggalkan Balasan